Ini Dia "Tasikmalaya Oktober Fest 2018"

Mempersembahkan Wisata Kreatif Di Tasikmalaya Oktober Festival 2018. Acara diselenggarakan setiap setahun sekali pada Bulan Oktober.

Rehat Sejanak Di Danau Lemona Salopa Kab.Tasikmalaya

Tempat Wisata Ini terbilang Baru dibangun pada tahun 2013. Danau Lemona adalah salah satu alternatif tempat liburan di Tasikmalaya. Terletak di Salopa, arah selatan Kota Tasikmalaya, jaraknya 15km dari Kantor Samsat Kabupaten Tasikmalaya.

Situ Gede Kota Tasikmalaya

Merupakan obyek wisata yang menawarkan keindahan panorama alam situ dengan hiasan hutan alam yang berada pada sebuah pulau kecil (nusa) yang terletak di tengah situ.

Keindahan Kawah Galunggung

Kawah ini terbentuk karena letusan Gunung Jadi (Anak Gunung Galunggung di tahun 1982). Saat ini kawah ini menjadi salah satu objek wisata di kawasan Tasikmalaya sebelah Barat

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 22 Maret 2011

Isi Baterai Smartphone dengan Tenaga Angin

Konsep ini menampung arus listrik dengan turbin angin.

Aero E, konsep teknologi turbin angin untuk isi ulang baterai ponsel (yankodesign.com)
VIVAnews - Pernah mendengar ponsel berbasis tenaga surya? Ya, sekitar pertengahan tahun lalu Puma Phone muncul sebagai smartphone pertama dilengkapi panel tata surya. Ia dijual terbatas. Konsepnya cukup bagus untuk sebuah smartphone. Tetapi, jika ditawarkan mungkin Anda akan menimbang ulang mengganti ponsel Anda lagi.

Bagaimana jika teknologi berbasis tenaga surya itu muncul di charger ponsel? Berbicara soal charger atau pengisi ulang baterai ponsel, Anda pasti tahu adanya charger berbasis panel surya. Atau, beberapa dari Anda mungkin sudah memilikinya. Ini memang bukan sesuatu yang baru. Charger panel surya ini hadir ketika ada kebutuhan isi ulang baterai ponsel di saat darurat, atau tak ada arus listrik.

Ide ini ternyata cukup inspiratif. Setidaknya bagi Lance Cassidy yang berhasil membuat konsep lain berupa charger ponsel berbasis tenaga angin. Dengan menggunakan turbin angin, baterai ponsel akan diisi ulang tanpa harus melibatkan arus listrik.


Konsep teknologi itu bernama Aero E Wind Power Generator. Energi terkonversi dari angin menjadi arus listrik yang ditransfer secara nirkabel melalui induksi. Letakkan ponsel Anda pada pad yang tersedia, dan tancapkan dia di jendela rumah Anda. Biarkan tetangga Anda dibuat kagum olehnya.

Turbin ini memancarkan daya secara nirkabel ke saku pengisian, di mana pad tadi ditempatkan. Seperti mendepositkan daya listrik dari tenaga angin. Ketika Anda pulang dari tempat Anda bekerja, Anda mempunyai charger siap pakai.

Nantinya, akan diciptakan pula sebuah aplikasi khusus smartphone untuk memungkinkan pengguna terhubung dengan turbin mereka dari manapun melalui koneksi Internet. Sehingga pengguna dapat melacak pola angin serta mengatur kapan turbin itu menyala atau mati.

Ide ini bisa dikembangkan oleh siapa saja. Tetapi, konsep ini bisa menjadi teknologi energi alternatif yang diproduksi masif suatu waktu nanti. Kemungkinan ia akan diburu oleh penghuni rumah apartemen atau backpacker yang berkantong pas-pasan.

Sabtu, 19 Maret 2011

Turangga Seta Menggali 'Gunung Piramida'

Penggalian dilakukan di puncak Gunung Lalakon, 986 meter di atas permukaan laut.
VIVAnews - Komunitas pecinta sejarah nusantara Turangga Seta melakukan penggalian di Gunung Lalakon, yang terletak di Soreang Bandung.



Penggalian ini merupakan salah satu upaya untuk menindaklanjuti hasil temuan uji geolistrik yang telah mereka lakukan sebelumnya, bersama tim peneliti.

"Kami telah melakukan penggalian sejak Senin pagi," ujar Ayu Reditya Dewi, Anggota Tim Turangga Seta Jakarta kepada VIVAnews, di Gunung Lalakon Bandung Jawa Barat, Rabu petang 16 Maret 2011.

Belasan anggota tim Turangga Seta dibantu oleh belasan warga sekitar, melakukan penggalian di titik koordinat 6° 57,5' Lintang Selatan, 107° 31,239' Bujur Timur, dan ketinggian 986 meter di atas permukaan laut.

Penggalian yang dilakukan di Puncak Gunung Lalakon itu dilakukan sekitar 7 meter dari lokasi menara antena Base Transceiver Station yang berada di tanah milik PT Saguling.

"Kami sudah memperkirakan agar penggalian yang kami lakukan tak mempengaruhi struktur menara sehingga tidak mengganggu operasi dari antena tersebut," ujar Dani Subrata, Kepala Tim Penggalian Turangga Seta, kepada VIVAnews.

Upaya penggalian dilakukan oleh tim Turangga Seta sebagai bentuk kepedulian mereka karena pemerintah dirasa kurang responsif. Padahal sebelumnya, tim Turangga Seta pernah melaporkan kecurigaan mereka kepada pemerintah, dalam hal ini Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang berada dibawa Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.



"Sebenarnya penggalian ini bukan tugas kami. Tapi kami ingin membuktikan bahwa sejak dulu sebenarnya leluhur kita telah memiliki kebudayaan yang sudah demikian tinggi," ujar Agung Bimo Sutedjo, pendiri kelompok Turangga Seta.

Penggalian ini sendiri, menurut Dani, sudah sesuai dengan peraturan yang ada, yakni Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Pasal 26. "Setiap orang berhak melakukan pencarian cagar budaya atau yang diduga cagar budaya dengan melakukan penggalian atau pengangkatan di darat," ujar Dani mengutip ayat 2 pasal itu.

Sementara persyaratan yang diatur pada ayat 4 undang-undang itu, yakni harus meminta izin pemerintah atau pemerintah daerah, sudah dilakukan dengan meminta izin kepada Lurah, RW dan RT setempat.

Rabu, 16 Maret 2011

Gempa Jepang Lepas Energi 6,7 Triliun Ton TNT

Energi itu setara dengan 1.000 kali kekuatan seluruh senjata nuklir di bumi.

VIVAnews - Total energi yang dilepaskan oleh gempa besar yang terjadi Jumat pekan lalu di Sendai Jepang setara dengan ledakan 6,7 triliun ton bom TNT, atau sekitar seribu kali kekuatan seluruh senjata nuklir yang ada di bumi bila digabungkan.

gambar kerusakan akibat gempa dan tsunami







Seperti halnya gempa New Zealand yang belum lama ini terjadi, gempa 8,8 Skala Richter Chile tahun lalu, serta gempa Aceh 9,1 Skala Richter Aceh pada 2004, bencana yang terjadi di Jepang adalah hasil dari gaya geologis raksasa yang bekerja di sepanjang cincin api Pasifik (Pacific Ring of Fire) yang juga melewati sebagian besar wilayah Indonesia.

Seperti dilansir oleh situs DailyMail, dalam gempa kali ini lempeng Pasifik menunjam lempeng Filipina di zona subduksi, sehingga terjadi gempa 9 Skala Richter dengan episentrum yang terletak di sekitar 12,8 km dari Fukushima, di kedalaman 9,6 km.

Jepang sendiri merupakan negara tempat bertemunya beberapa lempeng, yakni lempeng Pasifik, lempeng Filipina, lempeng Amerika Utara, dan lempeng Eurasia. Tak heran bila kemudian Jepang sudah begitu akrab dengan gempa.

Pada Oktober 2004, sebuah gempa dengan magnitudo 6,8 menghantam daerah Niigata di Utara Japan, merenggut 65 jiwa dan 3.000 korban luka-luka. Itu merupakan gempa paling mematikan sejak gempa Kobe 1995 dengan magnitudo 7,3 yang mengambil lebih dari 6.400 nyawa.

Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa Jepang adalah salah satu negara yang paling siap menghadapi bencana gempa. Sebab, di Jepang, gempa telah menjadi salah satu kurikulum bagi anak-anak sekolah, dan bangunan-bangunan di sana menerapkan standar yang ketat untuk menghadapi gempa.

Yang perlu diingat, gempa bumi besar tak hanya merenggut banyak nyawa dan kerusakan bangunan semata, tapi juga bencana yang lebih hebat, yakni tsunami yang bisa merenggut korban nyawa lebih besar lagi.

Dalam hal ini, oleh gempa Sendai membangkitkan tsunami setinggi 10 meter dengan kecepatan sekitar 800 km per jam. Oleh karenanya korban jiwa di Jepang diperkirakan lebih dari 10 ribu orang.

Seorang geolog dari University of Edinburgh, Profesor Ian Main, mengatakan masih beruntung karena musibah ini terjadi di lokasi yang relatif lebih jauh dari daerah padat lain di Jepang. Sumber gempa, Profesor Main memisalkan, juga berada di seberang Teluk Tokyo, salah satu kawasan pantaui yang berpenduduk terpadat di dunia. (umi)

Sabtu, 12 Maret 2011

Kecepatan Wifi 40% Lebih Buruk dari Koneksi Tetap

INILAH.COM, Jakarta- Peneliti mengklaim kecepatan jaringan nirkabel/wifi ternyata 40% lebih lambat dibandingkan koneksi tetap. Fenomena itu tentu mengganggu proses konsumsi data.

Kecepatan Wifi 40% Lebih Buruk dari Koneksi Tetap

Studi dari perusahaan riset internet Epitiro mengatakan adanya perbedaan mencolok dalam kecepatan penggunaan jaringan nirkabel dengan fixed connection. Lambatnya akses data itu berpengaruh pada video steraming, kecepatan unduh (download) dan akses permainan online.

"Konsumen yang mengalami masalah performa dengan jaringan nirkabel harus memperbaiki lingkungan rumah atau terkoneksi secara langsung dengan ethernet kabel,” ujar juru bicara Epitiro, JP Curley.

Penurunan akses data itu disebabkan hambatan fisik dan interfensi dari gelombang mikro, monitor bayi dan perangkat radio lainnya. Kecepatan nirkabel juga terdegradasi oleh dinding, pintu dan perabotan rumah, telepon nirkabel maupun kontrol remote televisi.

Meskipun begitu, studi ini juga menemukan waktu untuk mengunduh halaman web hampir sama antara koneksi nirkabel dan koneksi tetap. Ini disebabkan halaman situs tidak rentan terhadap perubahan kecepatan yang berlangsung fluktuatif. [mor]

Jumat, 11 Maret 2011

Gunung Api Terbesar di Dunia Akan Meletus?

Jika meletus, dua per tiga bagian dari Amerika Serikat tidak akan dapat dihuni.

VIVAnews - Gunung berapi di Yellowstone National Park, di kawasan barat laut Wyoming, Amerika Serikat, menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang tidak lazim.
Menurut catatan United States Geological Survey, dataran di kawasan itu telah naik dengan kecepatan tiga inci atau sekitar 7,6 sentimeter per tahun dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi sejak mulai dicatat pada tahun 1923.

Gundukan magma yang terus meninggi di Yellowstone National Park. (dailygalaxy.com)


“Pertumbuhan ketinggian tersebut sangat tidak lazim karena ia terjadi di kawasan yang sedemikian luas dan pada kecepatan yang sangat tinggi,” kata Robert Smith, seorang profesor geofisika dari University of Utah, seperti diberitakan DailyMail, 9 Maret 2011.

Awalnya, kata Smith, pihaknya khawatir bahwa fenomena ini akan menjurus ke meletusnya gunung tersebut. “Namun demikian, kami mendapati bahwa magma di bawah kawasan itu kini berada di kedalaman 10 kilometer, jadi kita tidak usah panik,” ucapnya.

Meski begitu, Smith menyebutkan, jika magma terus naik hingga hanya 2 sampai 3 kilometer dari permukaan tanah, saat itulah warga AS perlu betul-betul khawatir.

Seperti diketahui, gunung di Yellowstone National Park pernah dua kali meletus secara dahsyat sekitar 1,3 juta tahun lalu dan sekitar 642 ribu tahun lalu. Terakhir kali meletus, ia memuntahkan debu hingga ketinggian 30 ribu kaki atau sekitar 9.100 meter dan debunya telah menutup kawasan mulai dari barat Amerika Serikat hingga Teluk Meksiko.

Para peneliti memprediksi, jika fenomena kenaikan permukaan tanah di kawasan tersebut berlanjut, gunung berapi super ini berpotensi meletus dalam waktu dekat. Jika sampai meletus, maka dua per tiga bagian dari Amerika Serikat tidak akan lagi dapat dihuni.

Sayangnya, akibat kurangnya data yang dimiliki dari letusan terakhir, peneliti tidak dapat memperkirakan kapan bencana alam berikutnya akan terjadi. Yang pasti, letusan dahsyat gunung ini bakal membuat letusan gunung Eyjafjallajokull di Islandia pada April 2010 lalu--yang sempat merusak jadwal penerbangan di seluruh dunia--menjadi tampak sangat kecil skalanya. (kd)

Manfaat Teknologi Nano di Industri Kesehatan

Teknologi nano memungkinkan penggunaan dosis obat yang tidak terlalu besar.

VIVAnews - Perkembangan industri farmasi yang menggunakan teknologi nano saat ini sudah tumbuh demikian pesat. Di dunia farmasi, teknologi nano bisa berperan dalam meningkatkan kualitas produksi dan keamanan (safety performance).




Di dunia farmasi, teknologi nano memungkinkan penggunaan dosis obat yang tidak terlalu besar, sehingga sangat efisien dalam memanfaatkan bahan baku. (inmagine)

Teknologi nano sendiri merupakan teknologi yang memungkinkan sebuah benda dipecah dalam skala nanometer atau satu per semiliar meter dan merupakan salah satu teknologi yang disebut-sebut mampu mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi di segala bidang.

“Produk berteknologi nano akan lebih cepat diserap dibandingkan produk yang tidak menggunakan teknologi tersebut,” kata Heny Rachmawati, pakar teknologi nano Institut Teknologi Bandung, pada keterangannya, 11 Maret 2011. “Sehingga, dari segi penggunaan, akan lebih efisien,” ucapnya.

Heny mengatakan, teknologi nano di bidang farmasi saat ini banyak dipergunakan untuk ekstrak obat-obatan tradisional seperti gingseng. Selain itu juga pada kandungan kosmetik, misalnya untuk krim tabir surya.

Ginseng yang menggunakan teknologi nano mampu lebih cepat diserap tubuh dan menjadikan kandungan "ginsenosides" (kandungan persentase ginseng untuk menghasilkan stamina) yang lebih tinggi dibandingkan gingseng lainnya.

“Teknologi nano dapat digunakan dalam dunia farmasi karena akan membantu kelarutan, stabilitas, dan kemapuan penyerapan,” kata Heny. “Dalam dunia farmasi, seluruh persyaratan itu harus dipenuhi."

Terkadang, kata Heny, senyawa obat tertentu mengalami kesulitan untuk larut dan melakukan penetrasi. Untuk kondisi yang demikian, teknologi nano dapat mengambil peran. Contoh lain adalah kandungan kalsium dalam susu yang juga harus dibuat menggunakan teknologi nano agar dapat efektif terserap ke dalam tulang.

Saat ini, teknologi nano banyak dikembangkan oleh sektor industri mengingat untuk memproduksinya bukan hal mudah membutuhkan keahlian, evaluasi modifikasi sehingga sampai ke skala nano.

BP POM sendiri, kata Heny, sangat ketat dalam melakukan pengawasan terhadap produk yang menggunakan teknologi nano. “BP POM perlu memeriksa apakah teknologi itu benar diterapkan dalam suatu produk,” kata Heny. “Jangan sampai publikasinya nano tapi kenyataannya tidak,” ucapnya.

Di Indonesia, teknologi nano sendiri baru berkembang sekitar lima tahun terakhir. Padahal, di luar negeri teknologi ini sudah berkembang sejak 10 tahun yang lalu (tahun 1990 an). “Kalau Indonesia tidak memperdalam teknologi nano, maka industri kita termasuk yang tertinggal,” ucapnya.

Di dunia farmasi, Heny menyebutkan, teknologi nano memungkinkan penggunaan dosis obat yang tidak terlalu besar, sehingga sangat efisien dalam memanfaatkan bahan baku.

Rabu, 09 Maret 2011

Makan Serangga, Jam Dinding Tak Perlu Baterai

Untuk mendapatkan energi, jam mengubah zat organik menjadi sumber energi


VIVAnews - Sekelompok desainer dan peneliti dari Bristol Robotics Laboratory, Inggris, berhasil membuat jam dinding yang tidak membutuhkan baterai atau sumber listrik agar dapat bekerja. Ia mendapatkan energi dari serangga yang ia “santap”.

Seperti dikutip dari Npr, 10 Februari 2011, untuk menangkap lalat, jam tersebut memiliki sabuk yang berputar. Sabuk tersebut dilapisi madu yang lengket.


Lalat yang menempel di sabuk berlapis madu siap dipotong. Bangkainya akan dikonversi menjadi energi. (msn.com)

“Jam ini beroperasi seperti penangkap lalat biasa. Lalat yang tertarik akan menghampiri madu lalu mendarat di sabuk itu. Ia kemudian akan menempel di sana,” kata Chris Melhuish, peneliti dari Birstol Robotics.

Sabuk pada jam tersebut berputar secara perlahan-lahan dan di bagian bawahnya terdapat pisau yang akan memotong setiap serangga yang tersangkut di sabuk.

“Setelah dipotong, serangga akan dijatuhkan ke dalam sel bahan bakar di bagian bawah. Perangkat inilah yang mengubah bahan organik menjadi energi listrik,” ucap Melhuish.

Menurut Melhuish, ide dari jam tersebut datang dari tanaman yang memangsa serangga untuk dijadikan sumber energi.

“Kami ingin dapat membuat alat yang bisa mencari sumber energinya sendiri dari lingkungan sekitar,” ucap Melhuish. “Khususnya di kawasan yang tidak terjangkau sinar matahari,” ucapnya.

Melhuish menyebutkan, jam karnivora yang ditemukan itu memang baru merupakan prototipe. Pada uji coba, delapan ekor lalat yang ia tangkap akan memasok energi yang cukup untuk membuat jam itu bisa beroperasi selama 12 jam.

“Ia memang belum mampu menangkap banyak lalat untuk memasok energi bagi motor yang ada di bagian atas ataupun jam digitalnya. Namun ini baru langkah awal,” ucap Melhuish.

Astra Graphia Tawarkan Pemantau Aset Via Web

Biasanya solusi itu dibenamkan di kapal-kapal patroli dan kapal perang.

VIVAnews - Melacak dan memantau aset menjadi kebutuhan tersendiri bagi perusahaan skala enterprise. Mencermati kebutuhan itu, PT. Astra Graphia Information Technology (AGIT) menghadirkan solusi untuk pelacakan dan pemantauan aset pada seluruh mitranya.


Dengan menggunakan sebuah aplikasi berbasis web, layanan Asset Tracking & Monitoring AGIT akan menjadi media yang memudahkan pemilik aset untuk melihat informasi secara detail. (google.com)

Sistem pelacakan ini ditujukan bagi mitra mereka di lima industri utama yakni otomotif, manufaktur dan distribusi (AMD), pemerintahan, sektor publik dan layanan (GPS), layanan finansial (FSI), oil, gas, dan pertambangan (OGM), dan telekomunikasi.

Sistem yang ditawarkan adalah Pointrek, solusi milik PT Sisfo Indonesia (Sisfo) yang sejak tahun 2003 telah memberikan layanan ke lebih dari 1.000 aset.

Pointrek menjadi solusi komprehensif untuk memonitor aset yang berada di remote area, terutama maritim. Untuk itu, sebuah perusahaan tentu membutuhkan teknologi satelit sebagai media telekomunikasi dari tengah laut. Sebagai penyedia jaringan telekomunikasi satelit, AGIT menunjuk PT Asia Inti Semesta (AIS) sebagai mitra.

"Sebelumnya, pelanggan cuma bisa berkomunikasi satu arah, armada hanya berfungsi sebagai media yang mengirim data ke pusat komando seperti informasi posisi, kecepatan, penggunaan bahan bakar, dan banyak lagi. Sementara pusat komando di darat sulit menghubungi kembali," kata Jusuf Salim, Direktur AGIT, di Jakarta, 9 Maret 2010.

Dengan Pointrek, Jusuf menyebutkan, pelanggan mereka bisa membangun komunikasi dua arah. “Armada juga dapat menerima data yang dikirim oleh Base Command Center,” ucapnya.

Dengan menggunakan sebuah aplikasi berbasis web, layanan Asset Tracking & Monitoring AGIT akan menjadi media yang memudahkan pemilik aset untuk melihat informasi secara detail. Aplikasi dibangun dengan 7 jenis layer pada peta, termasuk Google Maps dan Nautical Map. Aplikasi ini, tutur Jusuf, dapat memberikan informasi pendukung lain seperti laporan cuaca, histori data, yang berguna untuk pengelolaan aset.

Di Indonesia, Pointrek telah dipasang di kapal militer. Biasanya solusi itu dibenamkan di kapal-kapal patroli dan kapal perang.

“Ini tentang awareness oleh end-user. Mereka yang meminta untuk memakai solusi ini. Ketika alat ini difungsikan sebagai alat bantu untuk mencari aset mereka, mereka pasti sadar akan membutuhkannya. Karena ini berhubungan dengan core business mereka,” kata Nirwan Harahap, CEO Sisfo Indonesia.

Layanan komunikasi data dalam Asset Tracking & Monitoring dapat menggunakan teknologi satelit, GPRS, dan radio frekuensi serta dipadukan dengan berbagai jenis peralatan sehingga mampu memberikan solusi yang dapat meminimalisir biaya operasional.

Untuk harga, AGIT mengatakan cukup variatif karena ini adalah solusi, bukan peralatan, sehingga didasarkan pada kebutuhan masing-masing pelanggan.

Namun, demikian AGIT dapat memaparkan untuk sebuah solusi komunikasi satu arah kurang lebih perusahaan merogoh kocek sebesar US$3.300, komunikasi dua arah sebesar US$5.000, fuel monitoring US$40.000, hybrid system (GPS dan satelit satu arah) US$3.000, hybrid system (dua arah) US$5.000, dan portable tracking US$3.000.

Temuan NASA Soal Fosil Alien Keliru

Sebelumnya, seorang ilmuwan NASA mengatakan fosil-fosil itu bentuknya mudah dikenali.

VIVAnews - Seorang ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) menyatakan telah menemukan fosil bakteri di meteorit. Namun, atasannya sendiri justru membantah klaim tersebut.

Fosil bakteri di meteorit (Journal of Cosmology)

Sebagaimana disiarkan VIVAnews sebelumnya, seorang ilmuwan bernama Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup dalam meteorit.

Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu. Citra ini diperolehnya dengan menggunakan mikroskop. Ia mengira bahwa fosil bakteri kecil itu adalah cyanobacteria. Tapi, ternyata keliru.

Sekadar diketahui, Cyanobacteria merupakan bakteri biru-hijau yang masuk golongan bakteri autotrof fotosintetik. Dia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari secara kimia.

Laporan tersebut kini lantas dihentikan perluasannya oleh NASA, meski sempat dipublikasikan Jumat lalu di salah satu jurnal online eksentrik: Journal of Cosmology.

Akibat kecorobohan Hoover, NASA mulai memperhitungkan pekerjaannya. Senin kemarin, Paulus Hertz, kepala direktorat misi NASA mengatakan bahwa NASA tidak dapat berdiri di belakangnya dan mendukung klaim ilmiah tersebut.

"Kami tidak dapat mendukung klaim ilmiah sampai benar-benar dikaji secara menyeluruh dan memenuhi syarat ... Kami bahkan tidak mengetahui pengajuan kertas ke Journal of Cosmology atau publikasi yang terjadi belakangan ini," kata Hertz.

Menanggapi isu ini, Journal of Cosmology pun turut buka mulut. Media publikasi yang berusia 2 tahun itu mengklaim bahwa publikasi itu telah diuji bersama ilmuwan (peer-reviewed).

Pada kasus ini, editor jurnal mengatakan artikel yang dikirimkan Hoover telah melalui kritik dari 100 ilmuwan terkemuka dan layak dimasukkan dalam jurnalnya. Dalam penelitian ilmiah normal, peer-review dibutuhkan untuk sebelum diterbitkan untuk menjamin keakuratan.

Selasa, 08 Maret 2011

Peneliti UI Ciptakan Charger Ponsel Nirkabel

Anehnya, alat transfer listrik ini bisa menembus air akuarium, tanpa melukai ikan.

VIVAnews - Peneliti dari Universitas Indonesia belum lama ini berhasil menemukan cara baru dalam melakukan transfer energi listrik melalui media nirkabel (tanpa kabel).

Salah satu aplikasi dari teknologi transfer energi listrik nirkabel ini nantinya bisa diterapkan untuk pengisian baterai ponsel melalui udara alias tanpa melalui kabel.

"Penelitian ini telah kami laksanakan sejak tahun 2009 hingga sekarang," ujar Dr Ing Eko Adhi Setiawan, dosen dan peneliti dari Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia melalui surat elektronik, kepada VIVAnews.com, akhir pekan lalu.

Selama ini, vendor ponsel asal Amerika Serikat Palm telah mengaplikasikan prinsip serupa pada produk ponsel pintar mereka, Palm Pre.

Baterai ponsel pintar ini bisa diisi dengan hanya menaruh ponsel ini dengan sebuah dok pengecas tanpa kabel bernama TouchStone.

Namun, penelitian Eko dan timnya telah berhasil mengaplikasikan pengisian baterai ponsel melalui berbagai media tanpa kabel, seperti melalui udara, air, bahkan dinding beton hingga jarak 60 cm.

Sebelumnya, untuk pembuktian konsep ini, Eko sempat membuat alat transfer listrik yang bisa menembus air dan beton.






Alat ini sendiri secara garis besar terdiri dari empat komponen, yakni rangkaian pemancar listrik, antena pemancar (transmitter), antena penerima (receiver), dan rangkaian penerima, yang dipasangi dengan lampu pijar.

Anehnya, alat transfer listrik ini bisa menembus air akuarium, tanpa melukai ikan. Padahal, seperti diketahui, air adalah salah satu konduktor. Dan secara teoritis, arus yang mengalir pada antena pemancar itu sudah cukup untuk menyetrum ikan-ikan di akuarium hingga mati. Namun, hal ini tidak terjadi.

Metode transfer listrik ini sendiri menggunakan prinsip resonansi frekuensi elektromagnetik. Eko menganalogikan sebuah garpu tala yang bila dibunyikan bakal membuat garpu tala lain dalam jarak tertentu turut berbunyi.



Fenomena resonansi frekuensi serupa ini, kata Eko, juga terjadi saat sebuah antena pemancar (transmitter) dialiri arus listrik. Antena itu akan menghasilkan medan magnet pada frekuensi tertentu dan membuat antena penerima mengalami medan magnet yang sama, sehingga bisa menghasilkan arus listrik di sisi penerima.

Prinsip ini, kata Eko, tak hanya bisa diterapkan untuk pengisian baterai ponsel secara nirkabel, melainkan juga bisa diaplikasikan untuk transfer listrik untuk semua peralatan elektronik berdaya kecil, meliputi radio, televisi, lampu, laptop, pemutar musik, dan gadget-gadget lain.

Tim peneliti UI pembuat alat pengecas baterai ponsel nirkabel

Oleh karenanya, ke depan, Eko menjelaskan, ia tengah mengembangkan alat ini untuk bisa diaplikasikan pada ponsel atau laptop, sehingga pengguna ponsel dan laptop itu bisa mengisi baterai gadgetnya di hotspot-hotspot tertentu yang ditenagai oleh sel surya, yang berfungsi menyuplai listrik secara nirkabel hingga radius 2 meter.

Maka, di sekitar hotspot ini, orang-orang bisa mengisi baterai ponsel sambil menelepon, atau mengerjakan tugas di laptopnya berjam-jam tanpa perlu takut tak kebagian colokan listrik. "Dengan alat ini, keberadaan kabel tidak lagi dibutuhkan," kata Eko.

Hingga kini, Eko dan timnya melakukan penelitian ini secara mandiri, tanpa bantuan dari lembaga manapun. Namun Eko yakin, teknologi ini sangat potensial memberi manfaat yang sangat besar, karena aman, praktis dan bisa diterapkan di hampir seluruh peralatan elektronik.